Pada akhir abad 4 M, Kekaisaran Romawi Barat runtuh setelah hampir 500 tahun menjadi negara adidaya terbesar di dunia pada masa itu.
Sejarawan menyalahkan keruntuhan pada ratusan faktor yang berbeda mulai dari kegagalan militer dan perpajakan hingga bencana alam dan bahkan perubahan iklim.
Tapi yang lain mengatakan bahwa Kekaisaran Romawi tidak benar-benar jatuh pada tahun 476 M, karena Wilayah timurnya (Kekaisaran Bizantium) berlanjut hingga selama seribu tahun.
Nah, Disini kita akan membahas alasan mengapa salah satu kerajaan yang paling legendaris dalam sejarah itu akhirnya runtuh.
1. Invasi oleh suku-suku Barbar
Teori yang umum untuk runtuhnya Romawi barat yaitu serangan yang berkelanjutan dari kekuatan-kekuatan luar dan menyebabkan kerugian militer berskala besar. Romawi sudah lama berselisih dengan suku-suku Jermanik selama berabad-abad, tetapi oleh kelompok "barbar" bangsa Goth telah mampu menggerogoti perbatasan Wilayah Roma.
Meski Kekaisaran Romawi mengalami puncak kejayaan dari 98 SM-117 M, namun kekuasaan itu selalu berada dalam bahaya dari serangan musuh di perbatasan, terutama di Inggris bagian utara, Jerman utara, dan di dekat Laut Hitam. Semua itu melemahkan kekuatan militer Romawi. Selain itu, tidak semua kaisar Romawi adalah pemimpin yang baik, yang benar-benar memikirkan nasib rakyatnya.
Titik awal kejatuhan Roma dimulai pada saat kebangkitan suku-suku Jermanik pada akhir abad keempat, pada 410 M Suku Goth yang dipimpin Alaric the Visigoth berhasil mencapai kota Roma, Tapi Romawi mampu bertahan dari itu beberapa dekade di bawah ancaman yang konstan sebelum "Kota Abadi" itu diserang lagi pada tahun 455 M oleh Suku Vandal.
Akhirnya, pada 476 M pemimpin Odoacer Jermanik dapat menggulingkan Kaisar Romulus Augustus. Sejak saat itu, tidak ada lagi kaisar Romawi yang memerintah di daratan Italia.
2. Masalah ekonomi dan Ketergantungan pada Budak
Bahkan saat Roma berada dibawah serangan dari luar, krisis keuangan Roma juga sedang parah. Perang yang konstan dan pengeluaran yang berlebih harus merongoh gocek kas kekaisaran, dan pula perpajakan yang menindas juga inflasi telah melebarkan kesenjangan sosial antara si kaya dan si miskin.
Dengan harapan menghindari petugas pajak, banyak warga si kaya melarikan diri ke pedesaan. Pada saat yang sama, kekaisaran diguncang oleh defisit tenaga kerja. Ekonomi Roma bergantung pada budak untuk bercocok tanam dan bekerja sebagai pengrajin.
Tapi ketika ekspansi terhenti pada abad kedua, pasukan budak Roma dan harta rampasan perang lainnya mulai habis. Pukulan yang lebih lanjut datang pada abad kelima, ketika Vandal menaklukan wilayah Afrika Utara dan mulai mengganggu perdagangan kekaisaran dengan berkeliaran sebagai bajak laut Mediterania. Ekonomi Roma yang goyah dan produksi komersial pertanian menurun, Kekaisaran itu mulai kehilangan kekuatannya di Eropa.
3. Pembagian Wilayah dan Kebangkitan Romawi Timur
Ketika Kaisar Diocletian membagi Kekaisaran menjadi dua bagian yaitu Kekaisaran Barat di kota Milan, dan Kekaisaran Timur di Bizantium, yang kemudian dikenal sebagai Konstantinopel.
Pembagian ini membuat kekaisaran lebih mudah dalam memerintah, tapi seiring waktu 2 wilayah itu merenggang. Timur dan Barat gagal untuk bekerja sama dalam memerangi ancaman luar, dan sering bertengkar atas sumber daya dan bantuan militer. jadinya Sebagian besar yang Timur tumbuh kekayaan sedangkan yang Barat turun ke krisis ekonomi.
Yang paling penting, kekuatan Kekaisaran Timur menjadi pengalih invasi Barbar ke Barat. Kaisar Constantine memastikan bahwa kota Konstantinopel itu kuat dan dijaga dengan baik, tapi kota Roma di Italia hanya memiliki nilai simbolis. Struktur politik Barat akhirnya hancur pada abad kelima, tapi Kekaisaran Timur mengalami perkembangan selama ribuan tahun sebelum serangan Kerajaan Ottoman di tahun 1400-an.
4. Expansi Militer yang tiada Habisnya
Pada puncaknya, Kekaisaran Romawi membentang dari Samudera Atlantik sampai ke Sungai Eufrat di Timur Tengah, namun kemegahan itulah yang menjadi kejatuhannya. Dengan wilayah yang sedemikian luas untuk memerintah, kekaisaran harus menghadapi masalah administratif dan logistik.
Bahkan dengan sistem jalan yang sangat baik, orang-orang Romawi tidak dapat berkomunikasi dengan cepat dan efektif untuk mengelola kepemilikan mereka.
Roma juga berjuang untuk mengumpulkan sumber daya dan pasukan yang cukup untuk mempertahankan negara dari pemberontakan lokal maupun serangan luar, dan pada abad kedua Kaisar Hadrian dipaksa untuk membangun dinding "Hadrian Wall" di Inggris hanya untuk menjaga musuh di teluk. Karena semakin banyak dana yang disalurkan kesana, kemajuan teknologi melambat dan infrastruktur sipil Roma jatuh ke dalam keruntuhan.
5. Korupsi Pemerintah dan ketidakstabilan Politik
Kepemimpinan yang tidak efektif dan tidak konsisten dapat memperbesar masalah. Menjadi kaisar Romawi selalu menjadi pekerjaan yang sangat berbahaya, Setelah kematian Kaisar Marcus Aurelius pada 180 M, Romawi mengalami perpecahan akibat perseteruan politik. Para penjaga Praetoria (prajurit pribadi kaisar) dipilih dan dipecat oleh kaisar sekehendak hati. Selain itu, kaisar yang memimpin juga berganti-ganti ada sekitar 60 kaisar antara 284 SM-235 SM.
6. Kedatangan Suku Hun dan migrasi suku-suku Barbar
Serangan barbar di Roma sebagian berasal dari migrasi massal yang disebabkan oleh invasi Hun dari Eropa pada akhir abad keempat. Ketika prajurit Eurasia mengamuk di Eropa Utara, itulah yang menyebabkan banyak suku-suku Jermanik migrasi ke perbatasan Kekaisaran Romawi. Bangsa Romawi tentunya enggan mengizinkan anggota suku Visigoth untuk menyeberangi selatan sungai Donau dan ke dalam keamanan wilayah Romawi, tetapi mereka memperlakukan mereka dengan kekejaman yang ekstrim.
Menurut sejarawan Ammianus Marcellinus, pejabat Romawi bahkan membuat Goth kelaparan dan memaksa memperdagangkan anak-anak mereka sebagai budak untuk pertukaran daging anjing. Orang-orang Romawi menciptakan musuh yang berbahaya dalam perbatasan mereka sendiri. Ketika penindasan menjadi terlalu berat untuk ditanggung, Goth bangkit dalam pemberontakan dan akhirnya memukul mundur tentara Romawi dan membunuh Kaisar Valens selama Pertempuran Adrianople pada tahun 378 M.
Bangsa Romawi terkejut dan berupaya merundingkan perdamaian dengan barbar, tapi gencatan senjata hanya dalam tahun 410 M, setelah Alaric the Visigoth bergerak ke barat. Dengan Kekaisaran Barat yang melemah, suku-suku Jermanik seperti Vandal dan Saxon mampu menerobos perbatasan dan menduduki Inggris, Spanyol dan Afrika Utara.
7. Kristenisasi dan hilangnya nilai-nilai tradisi
Bahkan ada yang berpendapat bahwa kebangkitan agama yang baru juga berpengaruh terhadap jatuhnya kekaisaran. Dekrit Kristen Milan disahkan pada tahun 313 M dan kemudian menjadi agama resmi pada 380 M. keputusan ini mengakhiri abad-abad penganiayaan terhadap pemeluk kristen, tetapi ini juga mengikis sistem nilai-nilai tradisional Romawi, meskipun pengaruhnya hanya sedikit.
8. Melemahnya Legiun Romawi
Sebagian besar sejarahnya, militer Roma adalah yang terbaik di dunia kuno. Tetapi selama penurunan, susunan legiun mulai berubah. Tidak dapat lagi merekrut tentara yang cukup dari warga Romawi, kaisar Diocletian dan Constantine mulai mempekerjakan tentara bayaran asing untuk menopang pasukan mereka.
Jajaran legiun akhirnya harus menyatu dengan tentara bayaran Goth dan barbar lain, sehingga orang Romawi mulai menggunakan kata Latin "barbarus" di tempat "tentara bayaran" Meskipun tentara Jerman terkenal ganas, mereka memiliki sedikit atau tidak ada loyalitas kepada kekaisaran, dan karena kehausan akan kekuasaan seringkali mereka berbalik melawan majikannya. Bahkan, banyak dari kaum barbar yang berada di kota Roma meruntuhkan Kekaisaran Barat saat masih bertugas di legiun Romawi.
sumber dan terjemahan dari: http://www.history.com/news/history-lists/8-reasons-why-rome-fell
.
EmoticonEmoticon